Hadits-hadits tentang Keutamaan Surah Yasin, Satupun Tidak Ada yang Shohih
Hadist pertama :
عن
معقل بن يسار رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “قلب
القرآن ((يس))، لا يقرؤها رجل يريد الله والدار الآخرة: إلا غفر الله له،
اقرؤها على موتكم.”
Artinya : “Hati
al Qur`aan adalah “Yaasin”, tidaklah membacanya seorang lelaki yang
menginginkan Allah dan kehidupan akhirat; kecuali Allah Ta`aala akan
memberikan ampunan baginya, bacakanlah “Yaasin” itu atas orang yang
meninggal diantara kalian.”
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullah telah berkata : “Hadist ini dho`iif (lemah),
diriwayatkan oleh: Ahmad, Abu Daawud, an Nasaaiiy dan lafadz ini bagi
an Nasaaiiy , dan Ibnu Maajah, dan al Haakim dan dishohihkan olehnya.[1]
Hadist kedua :
“إن لكل شيء قلبا، وقلب القرآن ((يس))، ومن قرأ ((يس)): كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات.”
Artinya : “Sesungguhnya
bagi segala sesuatu ada hati, dan hati al Qur`aan adalah “Yaasin”, dan
barang siapa membaca “Yaasin”: Allah Tabaaraka wa Ta`aala menuliskan
baginya dengan bacaannya itu seperti membaca al Qur`aan sepuluh kali.”
Ada tambahan riwayat :
“دون ((يس)).”
“Tanpa disebutkan “Yaasin.” [2]
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Berkata Abu `Iisaa (al Imam at Tirmidziy) : “Hadist ini hasan ghariib tidak kami ketahui kecuali hadist dari Humeiid bin
`Abdurrahman, dan di Bashrah mereka tidak mengetahui dari hadist
Qataadah kecuali dari jalan ini. Dan Haaruun Abu Muhammad seorang syaikh
yang majhuul (tidak dikenal).
Berkata
al Imam at Tirmidziy : telah menghadistkan kepada kami Abu Muusa
Muhammad bin al Mutsanna; telah menghadistkan kepada kami Ahmad bin
Sa`iid ad Daarimiy; telah menghadistkan kepada kami Qutaibah dari Humeid
bin `Abdurrahman dengan hadist ini.
Hadist ketiga :
Dan pada bab ini juga dari jalan Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih dari sisi sanadnya, isnadnya lemah. [3]
وعن جندب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه الله: غفر له.”
Artinya : Dari Jundub radhiallahu `anhu berkata : berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Barang siapa yang membaca “Yaasin” pada malam hari mencari Wajah Allah, Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengampuni dosanya.” [4]
Berkata asy Syaikh al Baaniy rahimahullahu `Ta`aala : Hadist ini dho`iif (lemah).
—————————————–
[1]
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala: “Tidak terdapat
disisi yang lainnya kecuali perintah untuk membacanya, kemudian disisi
an Nasaaiiy di “al `Amal” dan lafadznya :
((ويس)) قلب…))
Isyaarah
secara ringkas, secara sempurna riwayat ini terdapat di “al Musnad”,
sedangkan dalam sanadnya terdapat para rawi yang majhuul dan juga
sanadnya goncang, dan dikeluarkan juga di dalam : “ad Dho`iifah” no.
(6843).
6843- (
“البقرة” سنام القرآن وذروته، ونزل مع كل آية منها ثمانون ملكا، واستخرجت
((الله لا إله إلا هو الحي القيوم)) من تحت العرش فوصلت بها-أو : فوصلت
ب-سورة ((البقرة))، و((يس)) قلب القرآن، لا يقرؤها رجل يريد الله تبارك
وتعالى والدار الآخرة، إلا غفر له، واقرؤوها على موتكم).
Artinya : “al Baqarah adalah puncak
al Quraan dan yang tertinggi, dan turun bersama setiap ayat dari al
Baqarah tersebut delapan puluh orang Malaikat, dan dikeluarkan ayat al
Kursi dari bawah al `Arsy maka disambungkan dengan surah al Baqarah, dan
Yasin adalah hati daripada al Quraan, tidaklah membacanya seorang
lelaki yang menginginkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala dan kehidupan
akhirat; kecuali diampuni dia, dan bacakanlah Yasin itu atas orang mati.”
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala berkata : Munkar.
Dikeluarkan oleh Ahmad (5/26) : telah menghadistkan kepada kami `Aarim:
telah menghadistkan kepada kami Mu`tamir dari bapaknya dari seorang
lelaki dari bapaknya dari Ma`qil bin Yasaar marfuu`an.
Dan
telah diriwayatkan juga oleh an Nasaaiiy di “`Amalul Yaum wal Lailah”
(581/1075) dari jalan lain dari Mu`tamar; secara ringkas atas perkataan :
و ((يس)) …… إلخ.
Dan
dikeluarkan oleh Abu Daawud dan Jamaa`ah bahagian terakhir darinya. Dan
riwayat lain bagi Ahmad (5/27), dan an Nasaaiiy (1074), dari jalan
Sulaimaan at Taimiy dari Abi `Utsmaan- bukan an Nahdiy- dari bapaknya
dari Ma`qil bin Yasaar.
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala: “ini sanadnya dho`iif;
dikarenakan tidak dikenalnya lelaki dan bapaknya dalam sanad ini,
adapun perkataan al Haitsamiy di “al Majma`” (6/311): “telah
meriwayatkan Ahmad, padanya ada seorang rawi tidak disebutkan namanya,
sementara rawi rawi yang lainnya adalah rawi rawi shohih.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : “padanya ada kelalaian…., dan yang benar dikatakan : “dua orang rawi yang tidak disebutkan nama mereka.”
Padanya
ada kecacatan selain itu; yaitu : goncangnya sanad hadist ini; lihat
kembali di “al Irwaa” (3/150-151) kalau kamu ingin, dan padanya : bahwa
ad Daaruquthniy berkata : “Hadist ini dho`iiful isnad, majhuulul matan, tidak satupun hadist shohih dalam hal ini.”
Oleh
karenanya; tidak baik sebenarnya al Mundziriy mendiaminya di “at
Targhiib” (2/222/1) dan menampilkannya dengan kata kata : “`An”!,
demikian juga asy Syaikh an Naajiy di “`Ujaalatuhu” (Q146/1), sekira
kira disibukan bantahan terhadapnya; karena dia memuthlakkan
penyandarannya terhadap an Nasaaiiy, sepantasnya bagi dia untuk
mengikatkannya dengan “`Amalul Yaum wal Lailah.” (ad Dho`iifah
14/2/787-788 no.6843).
Diriwayat lain :
6844- (إني فرضت على أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا).
Artinya : “Sesungguhnya
saya telah mewajibkan atas ummat saya membaca surah Yasin setiap malam,
maka barang siapa yang selalu membacanya setiap malam, kemudian dia
maninggal, meninggalnya dalam keadaan syahiid.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Diriwayatkan
oleh Abu asy Syaikh di “as Tsawab”, dari jalannya asy Syaikh as Syajriy
di “al Amaaliy” (1/118) berkata : telah menghadistkan pada kami Ibnu
Abi `Aashim : telah menghadistkan pada kami `Umar bin Hafsh al Washaabiy
: telah menghadistkan pada kami Sa`iid bin Muusaa : telah menghadistkan
pada kami Rabaah bin Zaid dari Ma`mar dari az Zuhriy dari Anas marfuu`.
As
Sayuuthiy menampilkan riwayat ini di “Dzeilul Ahaadiist al Maudhuu`ah”
(hal.24) dari riwayat Abi asy Syaikh, kemudian beliau berkata : “Sa`iid
rawi yang dituduh”. Diakui oleh Ibnu `Iraaq di “Tanziihus Syarii`ah”
(1/267).
Dan
dari jalan al Washaabiy disebutkan bahagian yang kedua darinya- “barang
siapa mengamalkannya terus menerus….”- at Thobbaraaniy di “al Mu`jamus
Shoghiir” (hal.210-Hindiyah), dari jalannya al Khathiib di “at Taariikh)
(3/245), dan berkata at Thobbaraaniy : “menyendiri dengannya Sa`iid.”
Berkata al Haitsamiy di “al Majma`” (7/97) : “diriwayatkan oleh at
Thobbaraaniy di “as Shoghiir”, padanya ada Sa`iid bin Muusaa al Azdiy, dia pendusta.”
Baginya
masih ada hadist hadist yang lain, maudhuu` (palsu) sangat jelas
kepalsuannya, salah satunya di “as Sunnah” oleh Ibnu Abi `Aashim
(1/305-306/696).
Telah lewat baginya hadist yang ketiga dengan no. 594. (ad Dho`iifah 14/2/789 no.6844).
[2] Asy Syaikh al Albaaniy berkata : “Tambahan
ini tidak terdapat dalam sunan at Tirmidziy, tidak terdapat sedikitpun
dari hadist hadist “Yaasin”, dan as Sayuuthiy telah menampilkan jumlah
yang sangat banyak di “ad Durrul Mantsuur” (5/256-257), dan saya
tidak mengetahui baginya ma`na disini, zhohirnya ini adalah lemah.
Sedangkan ahli tahqiiq yang tiga orang menyandarkannya kepada at
Tirmidziy di nomor (2887) dan membiarkannya demikian saja.
[3] Lihat : “Sunan at Tirmidziy (5/150).
[4]
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : hadist ini
diriwayatkan oleh Maalik dan Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibban di
“shohihnya”, (6/312 no.2574 pent.), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus
Shoghiir” (1/149) dan “al Ausath” (4/21 no.3509 pent).
Kemudian
berkata as Syaikh al Albaaniy : padanya ada `an`anah al Hasan al
Bashriy, sedangkan pengembaliannya kepada Ibnu as Sunniy salah atau
tidak disengaja, sesungguhnya disisinya no.(668) dari jalan al Hasan
dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu! Hadist ini juga dikeluarkan oleh
beliau di dalam “ad Dho`iifah” (14/293-296 no.6623); dan berkata beliau :
diriwayatkan dari hadist Abi Hurairah dan Jundub bin `Abdullah dan
`Abdullah bin Mas`uud dan Ma`qil bin Yasaar al Muzaniy radhiallahu
`anhum.
1.
Adapun hadist Abi Hurairah : ini yang paling masyhuur; dikeluarkan oleh
ad Daarimiy (2/457), at Thoyaalisiy (2/23 no.1970), Ibnu as Sunniy
(217/268), al `Uqailiy di “ad Dhu`afaa” (1/203), Abu Ya`laa (11/93-94),
Ibnu `Adiy (1/416 dan 2/299), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus Shoghiir”
(hal.82 Hindi), di “al Ausath” (4/304/3533), Abu Nu`eiim di “al Hilyah”
(2/159) dan di “Akhbaaru Ashbahaan” (1/252), al Baihaqiy di “asy
Syu`abu” (2/480/2462-2464), al Khathiib di “at Taarikh” (3/253), Ibnul
Jauziy di “al Maudhuu`aat” (1/247) dari berbagai jalan dari al Hasan
dari Abi Hurairah marfuu`an. Dan berkata Abu Nu`eiim : “Hadist ini telah
meriwayatkannya dari al Hasan segolongan dari kalangan at Taabi`iin
diantara mereka Yuunus bin `Ubeid dan Muhammad bin Juhaadah.”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : “Dan yang paling terkuat sanad diantara
keduanya ialah yang kedua, sampai sampai as Sayuuthiy berkata di “al
Lalaaliy” (1/235) : “sanad hadist ini atas syarat (as Shohih).”
Kemudian beliau mengatakan : “Sebenarnya
memang demikian; kalaulah bukan al Hasan- dia adalah al Bashriy- yang
dikenal dengan “tadliis”, dan diperselisihkan tentang mendengarnya dia
dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, sebagaimana yang telah diceritakan
oleh at Thobaraaniy setelah menampilkan hadist ini beliau berkata :
“Sungguh dikatakan : sesungguhnya al Hasan tidak mendengar dari Abi
Hurairah radhiallahu `anhu, dan berkata sebahagian ahli `Ilmu : bahwa
sungguh sungguh dia telah mendengar darinya.”
Sedangkan
yang telah ditetapkan oleh al Haafidz di dalam “at Tahdziib” bahwa dia
telah mendengar darinya sebahagian; akan tetapi ini tidak ada
mamfa`atnya bagi seorang rawi yang “mudallis” sampai dia betul betul
menshorehkan bahwa dia telah mendengar yang tidak akan menimbulkan
penafsiran yang lainnya lagi.”
Kata asy Syaikh al Baaniy : “Betul;
diriwayat Abu Ya`laa perkataannya : “Saya telah mendengar Aba
Hurairah”; akan tetapi rawi yang meriwayatkan darinya (dari al Hasan)
Hisyaam bin Ziyaad- dia : Abul Miqdaam al Madaniy; dia rawi “matruuk”
(ditinggalkan)- sebagaimana yang telah dikatakan oleh an Nasaaiiy dan
adz Dzahaabiy dan al `Atsqalaaniy-, yang jelas keadaannya tersembunyi
bagi al Haafidz Ibnu Katsiir; maka beliau berkata di “at Tafsiir”
(3/563) : “sanad hadist ini jaiyid (baik).
2. Adapun hadist Jundub bin `Abdillah : telah meriwayatkannya Muhammad bin Juhaadah dari al Hasan dari Jundub.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibbaan (665-mawaarid).
`Illah(cacat)nya
sama seperti yang telah dijelaskan di atas, Cuma ditambahkan padanya
perselisihan pada Muhammad bin Juhaadah dalam sanadnya, kemudian pada al
Hasan itu sendiri
3.
Adapun hadist Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu : meriwayatkannya Abu
Maryam dari `Amr bin Murrah dari al Haarits bin Suweid dari Ibnu
Mas`uud.
Dikeluarkan
oleh Abu Nu`eiim (4/130) dan berkata beliau : “Hadist ghariib
(dho`iif/lemah), tidak meriwayatkannya dari `Amr kecuali Abu Maryam-dia
adalah: `Abdul Ghaffaar bin al Qaasim-: kuufiyun dalam hadistnya liin
(kelemahan).”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : “Bahkan itu saja, lebih jelek dari itu;
sungguh telah berkata tentangnya Ibnul Madiiniy dan Abu Daawud : “Dia
pemalsu hadist.”
4.
Dan adapun hadist Ma`qil bin Yasaar : meriwayatkannya Muslim bin
Ibraahim bin `Abdillah : telah menghadistkan kepada kami Abu `Umar ad
Dhariir : telah menghadistkan kepada kami al Mu`tamar bin Sulaimaan dari
bapaknya dari seorang lelaki dari Ma`qil.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (2458).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : “Sanad
hadist ini gelap; Muslim bin Ibraahim `Abdillah : saya tidak
mengenalnya, dan lelaki yang disebutkan dalam sanad hadist ini : majhuul
(tidak dikenal), tidak disebutkan namanya, dan saya kira dia adalah :
(Abu `Utsmaan-bukan an Nahdiy); sesungguhnya telah meriwayatkan al
Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari Ma`qil hadist yang lain
tentang keutamaan ((Yaasin)), hadist ini telah saya keluarkan dalam
kitab : “al Irwaa” (3/150-151) dan “al Misykaah” (1622), dan Abu
`Utsmaan rawi yang tidak dikenal,- dia bukan an Nahdiy rawi yang
terpecaya.”
Kesimpulan
: Tidak terdapat pada jalan jalan hadist ini apa apa yang memungkinkan
untuk diberikan padanya satu hal menguatkannya, sungguh telah
diisyaratkan tentang demikian oleh al `Uqailiy dengan perkataannya
setelah menampilkan hadist ini : “Dan riwayat pada matan seperti ini
lemah”. Dan berkata ad Daaruquthniy : “Hadist ini sesungguhnya telah
diriwayatkan secara marfuu` dan mauquuf, dan tidak satupun yang shohih”.
Telah menuqilnya Ibnul Jauziy.
Sesungguhnya
telah diriwayatkan hadist ini dengan lafazh-lafazh yang lain pada
sebahagiannya munkar yang bersangatan; bahkan sungguh bekas pemalsuan
atasnya jelas sekali, dan telah terdahulu sebahagiannya dengan nomor :
(169, 4634).
Peringatan
: al Haafidz al Mundziriy telah menyandarkan hadist ini didua tempat di
“at Targhiib” (2/222,257) kepada Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibbaan di
“shohihnya” dari Jundub bin `Abdullah. Tidak ada sebenarnya disisi Ibnu
as Sunniy kecuali hadist Abu Hurairah radhiallahu `anhu; seolah olah dia
menggiringkan hadist Jundub kepadanya! Dan ini merupakan sikap bermudah
mudah yang tidak disenangi padanya. Dan juga beliau menyandarkannya
ditempat yang pertama kepada Maalik. Mudah mudahan saja ketegelinciran
pena, atau tambahan pada sebahagian munuskrip; sesungguhnya saya tidak
menemukannya di “al Muwattho`”- Inilah tujuan penyandaran secara muthlaq
kepadanya- dengan mencari bantuan atas demikian itu dengan membuka
daftar daftar pembahasan pada hari ini, apakah yang khusus atau yang
lebih umum. (“Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah”
14/1/293-296 no.6623), karya al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala.
Hadits Keempat:
6844- (إني فرضت على أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا).
Artinya : “Sesungguhnya
saya telah mewajibkan atas ummat saya membaca surah Yasin setiap malam,
maka barang siapa yang selalu membacanya setiap malam, kemudian dia
meninggal, meninggalnya dalam keadaan syahiid.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Diriwayatkan
oleh Abu asy Syaikh di “as Tsawab”, dari jalannya asy Syaikh asy
Syajriy di “al Amaaliy” (1/118) berkata : telah menghadistkan pada kami
Ibnu Abi `Aashim : telah menghadistkan pada kami `Umar bin Hafsh al
Washaabiy : telah menghadistkan pada kami Sa`iid bin Muusaa : telah
menghadistkan pada kami Rabaah bin Zaid dari Ma`mar dari az Zuhriy dari
Anas marfuu`.
As
Sayuuthiy menampilkan riwayat ini di “Dzeilul Ahaadiist al Maudhuu`ah”
(hal.24) dari riwayat Abi asy Syaikh, kemudian beliau berkata : “Sa`iid
rawi yang dituduh”. Diakui oleh Ibnu `Iraaq di “Tanziihus Syarii`ah”
(1/267).
Dan
dari jalan al Washaabiy disebutkan bahagian yang kedua darinya- “barang
siapa mengamalkannya terus menerus….”- at Thobbaraaniy di “al Mu`jamus
Shoghiir” (hal.210-Hindiyah), dari jalannya al Khathiib di “at Taariikh)
(3/245), dan berkata at Thobbaraaniy : “menyendiri dengannya Sa`iid.”
Berkata al Haitsamiy di “al Majma`” (7/97) : “diriwayatkan oleh at
Thobbaraaniy di “as Shoghiir”, padanya ada Sa`iid bin Muusaa al Azdiy,
dia pendusta.”
Baginya
masih ada hadist hadist yang lain, maudhuu` (palsu) sangat jelas
kepalsuannya, salah satunya di “as Sunnah” oleh Ibnu Abi `Aashim
(1/305-306/696).
Telah lewat baginya hadist yang ketiga dengan no. 594. (ad Dho`iifah 14/2/789 no.6844).
Hadits Kelima:
Dan pada bab ini juga dari jalan Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih dari sisi sanadnya, isnadnya lemah. [1]
وعن جندب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه الله: غفر له.”
Artinya : Dari Jundub radhiallahu `anhu berkata : berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Barang siapa yang membaca “Yaasin” pada malam hari mencari Wajah Allah, Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengampuni dosanya.” [2]
Berkata asy Syaikh al Baaniy rahimahullahu `Ta`aala : Hadist ini dho`iif (lemah).
Hadits Keenam:
169- (إن لكل شيء قلبا، وإن قلب القرآن (يس)، من قرأها: فكأنما قرآ القرآن عشر مرات).
Artinya : “Sesungguhnya
setiap sesuatu ada hatinya, dan sesungguhnya hati al Quraan adalah
((Yaasin)), barang siapa yang membacanya; seolah-olah dia telah membaca
al Qur`aan sepuluh kali.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Hadist ini maudhuu` (palsu).
Dikeluarkan
oleh at Tirmidziy (4/46, ad Daarimiy (2/456 dari jalan Humeid bin
`Abdirrahman dari al Hasan bin Shoolih dari Haarun Abi Muhammad dari
Muqaatil bin Hibbaan dari Qataadah dari Anas marfuu`an. Berkata at
Tirmidziy : “Hadist ini hasan ghariib, kami tidak mengetahuinya kecuali
dari jalan ini, sedang Haarun abu Muhammad majhuul (tidak dikenal), pada
bab ini juga dari Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih, sebab sanadnya
lemah, dan pada bab ini juga dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu.”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : demikian terdapat pada kitab kami sunan at
Tirmidziy; “Hasan ghariib”, dan dinuqil oleh al Mundziriy dalam “at
Targhiib” (2/322), dan al Haafidz Ibnu Katsiir di “at Tafsiirnya”
(3/563), al Haafidz di “at Tahdziib”, sesungguhnya hadist ini lemah,
sangat jelas kelemahannya, bahkan hadist ini maudhuu` (palsu)
dikarenakan Haarun, sungguh telah berkata al Haafidz ad Dzahabiy ketika
menjelaskan biografinya setelah dinukil dari at Tirmidziy dimana beliau
mengatakan dia rawi yang majhul : “saya berkata : saya menuduhnya dengan
apa yang telah diriwayatkan oleh al Qudhaa`iiy di “Syihaabihi”,
kemudian dia menampilkan baginya hadits ini”.
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : dia pada no. (1035).
Di dalam “al `Ial” (2/55-56) oleh Ibnu Abi Haatim : “Saya
bertanya kepada bapak saya tentang hadist ini? Beliau menjawab :
Muqaatil ini, adalah Muqaatil bin Sulaimaan, saya melihat hadist ini di
awal kitab yang dikarang oleh Muqaatil bin Sulaimaan, hadist ini hadist
bathil tidak ada ashol baginya.”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : Demikian telah dipastikan Abu Haatim-beliau al
Imam al Hujjah- bahwa Muqaatil yang disebutkan dalam sanad ini ialah
ibnu Sulaimaan, namun demikian terdapat di “sunan” at Tirmidziy dan ad
Daarimiy “Muqaatil bin Hayyaan”; sebagaimana yang saya lihat, moga-moga
saja kesalahan sebahagian dari para rawi. Disokong lagi bahwa hadist
diriwayatkan oleh al Qadhaa`iiy; telah lewat, demikian juga Abul Fath al
Azdiy dari jalan Humeid ar Ruaasiy dengan sanadnya yang telah lalu dari
jalan Muqaatil dari Qataadah dengannya. Seperti ini dikatakan : “dari
Muqaatil”, tidak dia sandarkan kepadanya, maka mengira sebahagian rawi
bahwa dia adalah Ibnu Hayyaan, disandarkan kepadanya, diantaranya al
Azdiy sendiri, bahwasanya disebutkan dari Waqii` bahwa beliau berkata
tentang Muqaatil bin Hayyaan : “disandarkan padanya kedustaan”.
Berkata
ad Dzahabiy : “Demikian dikatakan oleh Abul Fath, saya mengira
samar-samar atasnya diantara Muqaatil bin Hayyaan dengan Muqaatil bin
Sulaimaan, sedangkan Ibnu Hayyaan shoduuq, kuat dalam hadist, sedangkan
yang dianggap dusta oleh Waqii` adalah Ibnu Sulaimaan. Kemudian berkata
Abul Fath ….”
Berkata
al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : “Maka dia tampilkan sanad
hadist sebagaimana yang telah disebutkan sebelum ini, kemudian al Imam
ad Dzahabiy mengomentari dengan perkataannya : Saya berkata : “yang
benar dia adalah Muqaatil bin Sulaimaan.”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : “Apabila dia benar ibnu Sulaimaan; sebagaimana
yang telah dibenarkan oleh ad Dzahabiy, dan lebih dipertegas lagi oleh
Abu Haatim, maka hadist ini adalah maudhu`u (palsu) secara muthlaq;
karena- maksud saya- Ibnu Sulaimaan- kadzaab (sangat pendusta);
sebagaimana yang telah dikatakan oleh Waqii` dan selainnya.
Kemudian
ketahuilah bahwa hadist Abi Bakar yang diisyaratkan oleh at Tirmidziy
lalu beliau lemahkan, saya belum menemukan matannya, sedangkan hadist
Abi Hurairah radhiallahu `anhu, telah berkata al Haafidz Ibnu Katsiir :
“Manzhuurun (dikeritik) fiihi (padanya)”. Kemudian dia berkata :
“Berkata Abu Bakar al Bazzaar : telah menghadistkan kepada kami
`Abdurrahman bin al Fadhl : telah menghadistkan kepada kami Zaid bin al
Habbaab: telah menghadistkan kepada kami Humeid al Makkiy maulaa aali
`Alqamah dari `Athoo bin Abi Rabaah dari Abi Hurairah marfuu`an
dengannya, tanpa perkataan : “barang siapa yang membacanya….”, kemudian
al Bazzaar berkata : Kami tidak mengetahui yang meriwayatkannya kecuali
Zaid dari Humeid.”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Dan Humeid ini majhuul
(tidak dikenal); sebagaimana telah dikatakan oleh al Haafizh di “at
Taqriib”, `Abdurrahmaan bin al Fadhl guru al Bazzaar saya tidak
mengetahuinya, dan hadistnya di “Kasyful Astaar” dengan no.2304.
Dan
hadist ini diantara hadist-hadist yang telah menghiasi as Sayuuthiy
kitabnya “al Jaami`us Shoghiir”, demikian juga as Shobuniy di
“mukhtashornya” (3/154), dia menda`wakan bahwa dia tidak menyebutkan
kecuali hadist yang shohih saja!, sekali-kali tidak; ini hanya da`waan
belaka! [3]
——————————————–
[1] Lihat : “Sunan at Tirmidziy (5/150).
[2]
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : hadist ini
diriwayatkan oleh Maalik dan Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibban di
“shohihnya”, (6/312 no.2574 pent.), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus
Shoghiir” (1/149) dan “al Ausath” (4/21 no.3509 pent).
Kemudian
berkata asy Syaikh al Albaaniy : padanya ada `an`anah al Hasan al
Bashriy, sedangkan pengembaliannya kepada Ibnu as Sunniy salah atau
tidak disengaja, sesungguhnya disisinya no.(668) dari jalan al Hasan
dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu! Hadist ini juga dikeluarkan oleh
beliau di dalam “ad Dho`iifah” (14/293-296 no.6623); dan berkata beliau :
diriwayatkan dari hadist Abi Hurairah dan Jundub bin `Abdullah dan
`Abdullah bin Mas`uud dan Ma`qil bin Yasaar al Muzaniy radhiallahu
`anhum.
1.
Adapun hadist Abi Hurairah : ini yang paling masyhuur; dikeluarkan oleh
ad Daarimiy (2/457), at Thoyaalisiy (2/23 no.1970), Ibnu as Sunniy
(217/268), al `Uqailiy di “ad Dhu`afaa” (1/203), Abu Ya`laa (11/93-94),
Ibnu `Adiy (1/416 dan 2/299), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus Shoghiir”
(hal.82 Hindi), di “al Ausath” (4/304/3533), Abu Nu`eiim di “al Hilyah”
(2/159) dan di “Akhbaaru Ashbahaan” (1/252), al Baihaqiy di “as Syu`abu”
(2/480/2462-2464), al Khathiib di “at Taarikh” (3/253), Ibnul Jauziy di
“al Maudhuu`aat” (1/247) dari berbagai jalan dari al Hasan dari Abi
Hurairah marfuu`an. Dan berkata Abu Nu`eiim : “Hadist ini telah
meriwayatkannya dari al Hasan segolongan dari kalangan at Taabi`iin
diantara mereka Yuunus bin `Ubeid dan Muhammad bin Juhaadah.”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : “Dan yang paling terkuat sanad diantara
keduanya ialah yang kedua, sampai sampai as Sayuuthiy berkata di “al
Lalaaliy” (1/235) : “sanad hadist ini atas syarat (as Shohih).”
Kemudian beliau mengatakan : “Sebenarnya
memang demikian; kalaulah bukan al Hasan- dia adalah al Bashriy- yang
dikenal dengan “tadliis”, dan diperselisihkan tentang mendengarnya dia
dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, sebagaimana yang telah diceritakan
oleh at Thobaraaniy setelah menampilkan hadist ini beliau berkata :
“Sungguh dikatakan : sesungguhnya al Hasan tidak mendengar dari Abi
Hurairah radhiallahu `anhu, dan berkata sebahagian ahli `Ilmu : bahwa
sungguh-sungguh dia telah mendengar darinya.”
Sedangkan
yang telah ditetapkan oleh al Haafidz di dalam “at Tahdziib” bahwa dia
telah mendengar darinya sebahagian; akan tetapi ini tidak ada
mamfa`atnya bagi seorang rawi yang “mudallis” sampai dia betul-betul
menshorehkan bahwa dia telah mendengar yang tidak akan menimbulkan
penafsiran yang lainnya lagi.”
Kata
asy Syaikh al Baaniy : “Betul; diriwayat Abu Ya`laa perkataannya :
“Saya telah mendengar Aba Hurairah”; akan tetapi rawi yang meriwayatkan
darinya (dari al Hasan) Hisyaam bin Ziyaad- dia : Abul Miqdaam al
Madaniy; dia rawi “matruuk” (ditinggalkan)- sebagaimana yang telah
dikatakan oleh an Nasaaiiy dan adz Dzahaabiy dan al `Atsqalaaniy-, yang
jelas keadaannya tersembunyi bagi al Haafidz Ibnu Katsiir; maka beliau
berkata di “at Tafsiir” (3/563) : “sanad hadist ini jaiyid (baik).”
2. Adapun hadist Jundub bin `Abdillah : telah meriwayatkannya Muhammad bin Juhaadah dari al Hasan dari Jundub.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibbaan (665-mawaarid).
`Illah
(cacat)nya sama seperti yang telah dijelaskan di atas, Cuma ditambahkan
padanya perselisihan pada Muhammad bin Juhaadah dalam sanadnya,
kemudian pada al Hasan itu sendiri.
3.
Adapun hadist Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu : meriwayatkannya Abu
Maryam dari `Amr bin Murrah dari al Haarits bin Suweid dari Ibnu
Mas`uud.
Dikeluarkan
oleh Abu Nu`eiim (4/130) dan berkata beliau : “Hadist ghariib
(dho`iif/lemah), tidak meriwayatkannya dari `Amr kecuali Abu Maryam-dia
adalah: `Abdul Ghaffaar bin al Qaasim-: kuufiyun dalam hadistnya liin
(kelemahan).”
Berkata
asy Syaikh al Albaaniy : “Bahkan itu saja, lebih jelek dari itu;
sungguh telah berkata tentangnya Ibnul Madiiniy dan Abu Daawud : “Dia
pemalsu hadist.”
4.
Dan adapun hadist Ma`qil bin Yasaar : meriwayatkannya Muslim bin
Ibraahim bin `Abdillah : telah menghadistkan kepada kami Abu `Umar ad
Dhariir : telah menghadistkan kepada kami al Mu`tamar bin Sulaimaan dari
bapaknya dari seorang lelaki dari Ma`qil.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (2458).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : “Sanad
hadist ini gelap; Muslim bin Ibraahim `Abdillah : saya tidak
mengenalnya, dan lelaki yang disebutkan dalam sanad hadist ini : majhuul
(tidak dikenal), tidak disebutkan namanya, dan saya kira dia adalah :
(Abu `Utsmaan-bukan an Nahdiy); sesungguhnya telah meriwayatkan al
Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari Ma`qil hadist yang lain
tentang keutamaan ((Yaasin)), hadist ini telah saya keluarkan dalam
kitab : “al Irwaa” (3/150-151) dan “al Misykaah” (1622), dan Abu
`Utsmaan rawi yang tidak dikenal,- dia bukan an Nahdiy rawi yang
terpecaya.”
Kesimpulan
: Tidak terdapat pada jalan jalan hadist ini apa-apa yang memungkinkan
untuk diberikan padanya satu hal menguatkannya, sungguh telah
diisyaratkan tentang demikian oleh al `Uqailiy dengan perkataannya
setelah menampilkan hadist ini : “Dan riwayat pada matan seperti ini
lemah”. Dan berkata ad Daaruquthniy : “Hadist ini sesungguhnya telah diriwayatkan secara marfuu` dan mauquuf, dan tidak satupun yang shohih”. Telah menuqilnya Ibnul Jauziy.
Sesungguhnya
telah diriwayatkan hadist ini dengan lafazh lafazh yang lain pada
sebahagiannya munkar yang bersangatan; bahkan sungguh bekas pemalsuan
atasnya jelas sekali, dan telah terdahulu sebahagiannya dengan nomor :
(169, 4634).
Peringatan
: al Haafidz al Mundziriy telah menyandarkan hadist ini didua tempat di
“at Targhiib” (2/222,257) kepada Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibbaan di
“shohihnya” dari Jundub bin `Abdullah. Tidak ada sebenarnya disisi Ibnu
as Sunniy kecuali hadist Abu Hurairah radhiallahu `anhu; seolah-olah dia
menggiringkan hadist Jundub kepadanya! Dan ini merupakan sikap bermudah
mudah yang tidak disenangi padanya. Dan juga beliau menyandarkannya
ditempat yang pertama kepada Maalik. Mudah-mudahan saja ketegelinciran
pena, atau tambahan pada sebahagian munuskrip; sesungguhnya saya tidak
menemukannya di “al Muwattho`”- Inilah tujuan penyandaran secara muthlaq
kepadanya- dengan mencari bantuan atas demikian itu dengan membuka
daftar-daftar pembahasan pada hari ini, apakah yang khusus atau yang
lebih umum. (“Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah” 14/1/293-296 no.6623), karya al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala.)
[3]
Lihat : “Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah”, karya al
Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala, (1/212-214 no.169).
Dikutip dari http://tazhimussunnah.com
dari Buletin Jum’at Ta’zhim As-Sunnah Edisi 17 Safar 1429H, Oleh :
Al-Ustadz Abul Mundzir Dzul-Akmal As-Salafy Judul asli Hadits-hadits
tentang Keutamaan Surah Yasin, Satupun Tidak Ada yang Shohih
(Bag.1&2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar