Di Tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
مَنْ
غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ
وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ
يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا
وَقِيَامِهَا
Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat
kemudian berangkat awal, berjalan kaki tidak berkendaraan, duduk
mendekat pada Imam, menyimak dengan baik khutbah Imam dan tidak
melakukan perbuatan sia-sia, maka setiap langkah kakinya adalah (pahala)
amalan setahun berpuasa dan qiyaamul lail (H.R Abu Dawud, anNasaai,
Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al-Albany)
مَنْ
تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ
وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ
ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا
Barangsiapa yang berwudhu dan
menyempurnakan wudhu’nya kemudian mendatangi (sholat) Jumat, menyimak
(khutbah Imam) dan diam, akan diampuni antara Jumat (itu) dengan Jumat
(sebelumnya) dan ditambah 3 hari. Barangsiapa yang memain-mainkan
kerikil, maka ia telah berbuat sia-sia (H.R Muslim)
مَنْ
غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا
أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
Barangsiapa yang berangkat pagi menuju
masjid, tidak menginginkan kecuali mempelajari kebaikan atau
mengajarkannya, maka pahalanya seperti berhaji secara sempurna (H.R
atThobarony, dishahihkan Syaikh al-Albany)
ثَلاَثَةٌ
فِي ضَمَانِ الله ، عَزَّ وَجَلَّ ، رَجُلٌ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى
مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ الله ، عَزَّ وَجَلَّ ، وَرَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا
فِي سَبِيلِ الله وَرَجُلٌ خَرَجَ حَاجًّا
Ada 3 orang yang berada dalam jaminan
Allah Azza Wa Jalla: seorang yang keluar dari rumahnya menuju salah satu
masjid Allah Azza Wa Jalla, seorang yang keluar berperang di jalan
Allah, dan seorang yang keluar untuk berhaji (H.R al-Humaidy dan Abu
Nu’aim dalam al-Hilyah, dishahihkan Syaikh al-Albany)
أَلَا
أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ
الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ
الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ
وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ
Maukah kalian aku tunjukkan pada
(amalan-amalan) yang menghapuskan dosa-dosa dan menaikkan
derajat-derajat? Para Sahabat berkata: Ya, wahai Rasulullah. Beliau
bersabda: menyempurnakan berwudhu’ dalam keadaan yang menyulitkan,
memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu sholat (berikutnya)
setelah sholat. Itu adalah ribath (berjaga di perbatasan kaum muslimin
dalam menghadang musuh) (H.R Muslim)
مَنْ
تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى
الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ
الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ
Barangsiapa yang berwudhu’ untuk sholat,
kemudian menyempurnakan wudhu’nya kemudian berjalan menuju sholat
wajib, sholat bersama manusia atau bersama Jamaah atau di masjid, Allah
ampuni dosanya (H.R Muslim dari Utsman bin Affan)
صَلَاةُ
الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي
سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ
فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ
إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا
دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ
الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ
مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
Sholat seorang laki-laki berjamaah (di
masjid) lebih utama dibandingkan sholatnya di rumahnya atau di pasarnya
25 kali lipat. Yang demikian karena ketika ia berwudhu dan
menyempurnakan wudhunya kemudian keluar menuju masjid tidak menginginkan
kecuali sholat, tidaklah ia melangkahkan satu langkah kecuali
ditinggikan satu derajat dan dihapus satu kesalahan. Jika ia sholat
Malaikat senantiasa mendoakannya selama ia berada di tempat sholatnya:
Ya Allah bersholawatlah kepadanya, Ya Allah rahmatilah ia. Senantiasa
seseorang berada dalam keadaan sholat selama ia menunggu sholat (H.R
al-Bukhari).
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى
Sesungguhnya manusia yang paling besar
pahalanya dalam sholat adalah yang paling jauh berjalan kaki menuju
(tempat sholat)(H.R Muslim)
عَنْ
أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَجُلٌ لَا أَعْلَمُ رَجُلًا أَبْعَدَ
مِنْ الْمَسْجِدِ مِنْهُ وَكَانَ لَا تُخْطِئُهُ صَلَاةٌ قَالَ فَقِيلَ
لَهُ أَوْ قُلْتُ لَهُ لَوْ اشْتَرَيْتَ حِمَارًا تَرْكَبُهُ فِي
الظَّلْمَاءِ وَفِي الرَّمْضَاءِ قَالَ مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي
إِلَى جَنْبِ الْمَسْجِدِ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ
إِلَى الْمَسْجِدِ وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَمَعَ اللَّهُ
لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ
Dari Ubay bin Ka’ab –radhiyallahu anhu-
beliau berkata: Ada seseorang yang paling jauh tempat tinggalnya dari
masjid. Ia tidak pernah ketinggalan sholat. Dikatakan kepadanya: Kalau
seandainya engkau membeli keledai sehingga bisa ia tunggangi di saat
gelap atau panas. Orang itu berkata: Saya tidak suka rumah saya berada
di samping masjid. Sesungguhnya saya ingin agar tercatat (pahala)
langkah saya menuju sholat dan langkah kepulangan saya (dari masjid
menuju rumah). Maka Rasulullah shollalahu alaihi wasallam bersabda:
Allah telah menggabungkan hal itu semua untukmu (pahala langkah
berangkat menuju masjid dan pahala langkah pulang dari masjid)(H.R
Muslim).
Catatan : Hadits Ubay bin Ka’ab ini
adalah dalil yang menunjukkan bahwa pahala langkah kaki yang tercatat
bukan saja saat berangkat dari rumah menuju masjid, namun juga langkah
kaki saat dari masjid pulang ke rumah. Sebagaimana dijelaskan Syaikh
Abdul Muhsin al-Abbad hafidzhahullah dalam syarh Sunan Abi Dawud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar