Betapa banyak kaum muslimin yang masih membiasakan anak-anak mereka ketika berpisah melambaikan tangan sambil mengatakan, “Daaag!” Atau ketika bertemu dengan anak-anaknya dia menyapa, “Halo, Sayang!” Begitu pula si anak akan menjawab, “Halo, Papa! Halo, Mama!..”
Menyebarkan Salam
Satu
kebiasaan yang ringan namun bisa jadi jarang diterapkan di tengah
keluarga kita adalah menyebarkan salam. Padahal banyak buah kebaikan yang bisa dipetik dari ucapan yang mengandung muatan doa ini.
Salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat muslim adalah menyebarkan salam. Karena dengannya akan tumbuh rasa saling cinta di antara mereka, biarpun tidak saling mengenal.
Betapa
banyak kita temui anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada kita untuk menyebarkan salam. Sebagaimana disampaikan oleh Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda:
حَقُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ
اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ
فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ
فَاتَّبِعْهُ
“Hak
seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun ditanya,
“Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya,
ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya.
Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia
bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia1. Jika dia sakit, jenguklah dia;
dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)
Dinukilkan pula oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ
تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى
تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ
تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian
tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna
iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian
pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai?
Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)
Al-Imam
An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan, dalam hadits ini terdapat anjuran
kuat untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum
muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. (Syarh
Shahih Muslim, 2/35)
Beliau
juga menjelaskan bahwa ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan
dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam,
semakin kokoh kedekatan antara kaum muslimin, serta menampakkan syi’ar
mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, di
dalamnya juga terdapat latihan bagi jiwa seseorang untuk senantiasa
berendah diri dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya.
(Syarh Shahih Muslim, 2/35)
Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menukilkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَفْشُوا السَّلاَمَ تَسْلَمُوْا
“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.” (HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 604: hasan)
Maksudnya
di sini, kalian akan selamat dari sikap saling menjauh dan pemutusan
hubungan, serta akan langgeng rasa saling cinta di antara kalian. Hati
kalian pun akan bersatu, dan hilanglah permusuhan serta pertikaian.
(Faidhul Qadir, 2/22)
‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
اعْبُدُوا الرَّحْمَنَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَأَفْشُوا السَّلاَمَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِالسَّلاَمِ
“Ibadahilah Ar-Rahman, berikan makanan dan sebarkan salam, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi no. 1855, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi: shahih)
Banyak
nukilan ucapan para salaf kita yang shalih yang menunjukkan keutamaan
mengucapkan salam. Di antaranya dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu:
إِنَّ
السَّلاَمَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَضَعَهُ اللهُ فِي اْلأَرْضِ،
فَأَفْشُوْهُ بَيْنَكُمْ، إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ
فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ، لِأَنَّهُ
ذَكَّرَهُمُ السَّلاَمَ، وَإِنْ لَمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ
هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ وَأَطْيَبُ
“Sesungguhnya
As-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah letakkan di bumi, maka
sebarkanlah salam di antara kalian. Sesungguhnya bila seseorang
mengucapkan salam kepada suatu kaum, lalu mereka menjawab salamnya, maka
dia memiliki keutamaan derajat di atas mereka karena dia telah
mengingatkan mereka dengan salam. Dan bila tidak dijawab salamnya, maka
akan dijawab oleh makhluk yang lebih baik darinya.” (HR. Al-Bukhari
dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 793: shahih secara
mauquf, shahih juga secara marfu’)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan:
أَبْخَلُ النَّاسِ الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلاَمِ
“Orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk mengucapkan salam.”
(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 795: shahih
secara mauquf, shahih juga secara marfu’)
Setelah
mengetahui keutamaan amalan ini serta pentingnya dalam kehidupan
masyarakat muslimin, tentu tak layak bila kita remehkan. Lebih-lebih
berkaitan dengan pendidikan anak-anak kita. Semenjak awal mestinya
mereka dikenalkan dan dibiasakan dengan ucapan salam sebagaimana yang
diajarkan oleh syariat ini.
Bagaimana
mungkin akan kita biarkan anak-anak kita saling mengucapkan salam atau
melontarkan sapaan dengan ucapan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau bahkan mengadopsi dari kebiasaan
orang-orang kafir? Betapa banyak kaum muslimin yang masih membiasakan anak-anak mereka ketika berpisah melambaikan tangan sambil mengatakan, “Daaag!” Atau ketika bertemu dengan anak-anaknya dia menyapa, “Halo, Sayang!” Begitu pula si anak akan menjawab, “Halo, Papa! Halo, Mama!”
Betapa banyak itu terjadi, dan masih banyak pula gambaran yang lain. Sementara Contoh
yang begitu gamblang kita dapatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Beliau biasa menyapa dan menyampaikan salam kepada anak-anak
para shahabat.
Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang menghabiskan masa kecilnya dalam bimbingan beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menceritakan:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى غِلْمَانٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertemu dengan anak-anak kecil lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Muslim no. 2168)
Peristiwa
yang disaksikan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ini membekas
dalam dirinya, sehingga Anas pun melakukannya. Diriwayatkan oleh Tsabit
Al-Bunani rahimahullahu, bahwa dia pernah berjalan bersama Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, melewati anak-anak kecil. Lalu Anas
mengucapkan salam kepada mereka, dan mengatakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa melakukannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6247 dan Muslim no. 2168)
Perbuatan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini diikuti pula oleh sahabat
yang lainnya. Diceritakan oleh ‘Anbasah bin ‘Ammar rahimahullahu:
رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يُسَلِّمُ عَلَى الصِّبْيَانِ فِي الكُتَّابِ
“Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar memberi salam kepada anak-anak kecil di kuttab2.”
(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 797: shahihul
isnad)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan tentang hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu di atas: “Hadits ini menunjukkan disenanginya memberi salam kepada anak-anak yang berusia tamyiz.” (Syarh Shahih Muslim, 14/148)
Al-Hafizh rahimahullahu menukil penjelasan Ibnu Baththal rahimahullahu: “Dalam
pemberian salam kepada anak-anak ini terdapat pendidikan terhadap
adab-adab syariat. Di dalamnya terkandung pula sikap menjauhi
kesombongan pada diri orang-orang yang besar, perilaku tawadhu’, serta
lemah-lembut kepada orang-orang di sekitar.” (Fathul Bari, 11/40-41)
Memperdengarkan Ucapan Salam
Ketika
menyampaikan salam, hendaknya seseorang memperdengarkan ucapan
salamnya. Diriwayatkan oleh Tsabit bin ‘Ubaid rahimahullahu:
أَتَيْتُ
مَجْلِسًا فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ فَقَالَ: إِذَا سَلَّمْتَ
فَأَسْمِعْ، فَإِنَّهَا تَحِيَّةٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةٌ طَيِّبَةٌ
“Aku
pernah mendatangi suatu majelis yang di situ ada ‘Abdullah bin ‘Umar
radhiyallahu ‘anhuma. Maka beliau berkata, ‘Apabila engkau mengucapkan
salam, perdengarkan ucapanmu. Karena ucapan salam itu penghormatan dari
sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan’.” (HR. Al-Bukhari dalam
Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu
dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 769: shahihul isnad)
Ucapan Salam ketika Datang dan Pergi
Anak-anak
sudah semestinya dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika datang dan
pergi. Perlu pula mereka mengetahui, ucapan salam yang lebih utama.
Seseorang yang mengucapkan salam dengan sempurna tentu memiliki
keutamaan.
Diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ
رَجُلاً مَرَّ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ فِيْ مَجْلِسٍ، فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالَ: عَشْرَ
حَسَنَاتٍ. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ، فَقَالَ: عِشْرُوْنَ حَسَنَةً. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ
فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ:
ثَلاَثُوْنَ حَسَنَةً. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ وَلَمْ يُسَلِّمْ،
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَوْشَكَ مَا
نَسِيَ صَاحِبُكُمْ، إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْمَجْلِسَ فَلْيُسَلِّمْ،
فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، وَإِذَا قَامَ
فَلْيُسَلِّمْ، مَا اْلأُوْلَى بِأَحَقَّ مِنَ اْلآخِرَةِ
“Ada
seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
saat itu sedang berada di suatu majelis. Orang itu berkata, “Assalamu ‘alaikum.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat sepuluh kebaikan.” Datang lagi seorang yang lain, lalu berkata, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi.” Beliau bersabda, “Dia mendapat duapuluh kebaikan.” Ada seorang lagi yang datang, lalu mengatakan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat tigapuluh kebaikan.”
Kemudian ada seseorang yang bangkit meninggalkan majelis tanpa
mengucapkan salam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
mengatakan, “Betapa cepatnya teman kalian itu lupa.
Jika salah seorang di antara kalian mendatangi suatu majelis, hendaknya
dia mengucapkan salam. Bila ingin duduk, hendaknya dia duduk. Bila dia
pergi meninggalkan majelis, hendaknya mengucapkan salam. Tidaklah salam
yang pertama lebih utama daripada salam yang akhir.” (HR.
Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 757: shahih)
Yang Muda Memberi Salam pada yang Lebih Tua
Hendaknya
anak-anak diajari pula agar memberi salam kepada orang yang lebih tua.
Demikian yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam ucapan beliau yang dinukilkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu:
يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلَى الْكَبِيْرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيْرِ
“Yang
kecil memberi salam kepada yang besar, yang berjalan memberi salam
kepada yang duduk, yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.” (HR. Al-Bukhari no.6234 dan Muslim no. 2160)
Ibnu Baththal rahimahullahu mengatakan, sebagaimana yang dinukil oleh Al-Hafizh rahimahullahu: “Pemberian
salam orang yang lebih muda (kepada yang lebih tua, –pent.) disebabkan
hak orang yang lebih tua. Karenanya orang yang lebih muda diperintahkan
untuk memuliakannya serta bersikap rendah hati kepadanya.” (Fathul Bari, 11/22)
Mengucapkan Salam ketika Masuk Rumah
Hal
yang tak patut ketinggalan dalam pembiasaan salam adalah mengucapkan
salam ketika masuk rumah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam
Kitab-Nya yang mulia:
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللهِ مُبَارَكَةً طَيِِّبَةً
“Apabila
kalian memasuki rumah, maka ucapkanlah salam bagi diri kalian sebagai
penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan kebaikan.” (An-Nur: 61)
Yang
dimaksudkan di sini, mencakup rumah miliknya maupun rumah orang lain,
baik di rumah itu ada orang ataupun tidak. Makna firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala: “Maka ucapkanlah salam bagi diri kalian”, hendaknya seseorang
mengucapkan salam kepada yang lainnya. Karena kaum muslimin itu
bagaikan satu individu, dari sisi saling cinta dan saling menyayangi
serta mengasihi di antara mereka. Sehingga ucapan salam disyariatkan
ketika memasuki semua rumah, tanpa dibedakan rumah yang satu dengan yang
lain. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 575)
Dijelaskan pula oleh para pendahulu kita yang shalih, di antaranya Mujahid dan Qatadah, “Apabila
engkau masuk rumah untuk menemui keluargamu, ucapkanlah salam kepada
mereka. Apabila engkau masuk rumah yang tak berpenghuni, ucapkanlah: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/431)
Ini
perlu dibiasakan pada anak-anak, karena orang yang masuk rumah dengan
mengucap salam memiliki keutamaan. Diriwayatkan oleh Abu Umamah
Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
ثَلاَثَةٌ
كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: (مِنْهَا) وَرَجُلٌ دَخَلَ
بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Ada
tiga orang yang mendapat jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, (di
antaranya) seseorang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka
dia mendapatkan jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Abu Dawud no. 2494, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud: shahih)
Menjawab Salam dengan yang Lebih Baik
Tak
lepas dari permasalahan ini, anak-anak diajarkan pula cara menjawab
salam sebagaimana dituntunkan oleh syariat. Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan:
وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوْهَا
“Dan apabila kalian diucapkan salam penghormatan, balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa)...” (An-Nisa`: 86)
Al-Imam
Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan, “Apabila seorang muslim
mengucapkan salam kepada kalian, balaslah dengan ucapan salam yang lebih
utama daripada yang dia ucapkan, atau balaslah sebagaimana yang dia
ucapkan. Sehingga membalas dengan menambah ucapan salam itu disunnahkan,
dan membalas dengan ucapan yang sama itu diwajibkan.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 2/269)
Demikian
yang semestinya dilakukan oleh setiap orangtua dalam menanamkan
kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh seorang pengajar
yang mendidik anak-anak. Dinasihatkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin
Jamil Zainu: “Seorang pengajar apabila memasuki kelas hendaknya
mengucapkan salam dengan mengatakan السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ,
dan hendaknya dia mengetahui bahwa ini adalah perilaku Islami yang
agung, yang memperkuat ikatan cinta dan kepercayaan di antara murid,
maupun antara pengajar dengan muridnya.”
Beliau menambahkan: “Tidak sepantasnya salam yang diucapkan itu berupa kalimat ‘Selamat pagi’ atau ‘Selamat sore’. Namun tidak mengapa bila setelah mengucapkan salam dia ucapkan perkataan itu dengan sedikit perubahan, seperti misalnya ‘Semoga Allah berikan kebaikan padamu pagi ini’, sehingga ucapan itu mengandung makna doa….” (Nida` ilal Murabbiyin wal Murabbiyat, hal. 17)
Inilah
tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara kaum
muslimin. Tentunya, harus kita tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang jauh
dari tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai
gantinya, menghidupkan sunnah yang demikian benderang ini dalam
kehidupan kita dan anak-anak kita.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
1 Yaitu dengan mengucapkan يَرْحَمُكَ اللهُ
2 Kuttab adalah suatu tempat yang digunakan anak-anak untuk belajar membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur`an.
Http://asysyriah.com Penulis : Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Bintu ‘Imran Judul: Menyebarkan Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar