Hadits- Hadits Palsu Seputar Amalan Bulan Rajab:
حديث
: رجب شهر الله, وشعبان شهري, ورمضان شهر أمتى. فمن صام من رجب يومين. فله
من الأجر ضعفان, ووزن كل ضعف مثل جبال الدنيا, ثم ذكر أجر من صام أربعة
أيام, ومن صام ستة أيام, ثم سبعة أيام ثم ثمانية أيام, ثم هكذا: إلى خمسة
عشر يوما منه.
Artinya : “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam), sedangkan Ramadhan
bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari,
baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung
gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang
berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan
seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas
hari.” Hadits ini “Maudhu`” (Palsu)
Dalam sanad hadits ini ada yang bernama Abu Bakar bin
Al Hasan An Naqqaasy, dia perawi yang dituduh pendusta, Al Kasaaiy-
rawi yang tidak dikenal (Majhul). Hadits ini juga diriwayatkan oleh
pengarang Allaalaiy dari jalan Abi Sa`id Al Khudriy dengan sanad yang
sama, juga Ibnu Al Jauziy nukilan dari kitab Allaalaiy.
1.
حديث : من صام ثلاثة أيام من رجب, كتب له صيام شهر, من صام سبعة أيام من
رجب, أغلق الله عنه سبعة أبواب من النار, ومن صام ثمانية أيام من رجب, فتح
الله له ثمانية أبواب من الجنة, ومن صام نصف رجب حاسبه الله حسابا يسيرا.
Artinya : “Barang siapa berpuasa tiga hari di bulan Rajab, sama nilainya dia
berpuasa sebulan penuh, barang siapa berpuasa tujuh hari Allah Subhana
wa Ta`ala akan menutupkan baginya tujuh pintu neraka, barang siapa
berpuasa delapan hari di bulan Rajab Allah Ta`ala akan membukakan
baginya delapan pintu sorga, siapapun yang berpuasa setengah dari bulan
Rajab itu Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah sekali.”
Diterangkan di dalam kitab Allaalaiy setelah pengarangnya meriwayatkannya dari Abaan kemudian dari Anas secara Marfu` : Hadits ini tidak Shohih,
sebab Abaan adalah perawi yang ditinggalkan, sedangkan `Amru bin Al
Azhar pemalsu hadits, kemudian dia jelaskan : Dikeluarkan juga oleh Abu
As Syaikh dari jalan Ibnu `Ulwaan dari Abaan, adapun Ibnu `Ulwaan
pemalsu hadits.
2. حديث : إن شهر رجب شهر عطيم. من صام منه يوما كتب له صوم ألف سنة – إلخ.
Artinya : “Sesungguhnya
bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari di
bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan
seterusnya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahin dari `Ali secara Marfu`. Dan dijelaskan dalam kitab Allaalaiy : Hadits ini tidak Shohih, sedangkan Haruun bin `Antarah selalu meriwayatkan hadits-hadits yang munkar.
3. حديث : من صام يوما من رجب, عدل صيام شهر-إلخ
Artinya : “Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh dan seterusnya”.
Diriwayatkan
oleh Al Khathiib dari jalan Abi Dzarr Marfu`. Di sanadnya ada perawi :
Al Furaat bin As Saaib, dia ini perawi yang ditinggalkan.
Berkata
Al Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya “Al Amaaliy” : sepakat diriwayatkan
hadist ini dari jalan Al Furaat bin As Saaib- dia ini lemah- Rusydiin
bin Sa`ad, dan Al Hakim bin Marwaan, kedua perawi ini lemah juga.
Sesungguhnya Al Baihaqiy juga meriwayatkan hadits ini di kitabnya : “Syu`abul Iman” dari hadits Anas, yang artinya : “Siapapun yang berpuasa satu hari di bulan Rajab sama nilainya dia berpuasa satu tahun.”
Di menyebutkan hadits yang sangat panjang, akan tetapi di sanad hadits
ini juga ada perawi ; `Abdul Ghafuur Abu As Shobaah Al Anshoriy, dia ini
perawi yang ditinggalkan. Berkata Ibnu Hibbaan : “Dia ini termasuk
orang orang yang memalsukan hadits”.
4. حديث : من أحيا ليلة من رجب, وصام يوما. أطعمه الله من ثمار الجنة – إلخ.
Artinya : “Barang
siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang
harinya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga-
dan seterusnya.”
Diriwayatkan dalam kitab Allaalaiy dari jalan Al Husain bin `Ali Marfu`: Berkata pengarang kitab : Hadits ini Maudhu` (palsu).
5. ديث : أكثروا من الاستغفار فى شهر رجب. فإن لله فى كل ساعة منه عتقاء من النار, وإن لله لا يدخلها إلا من صام رجب.
Artinya : “Perbanyaklah
Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan hamba
hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala
mempunyai kota kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh
orang yang berpuasa di bulan itu.”
Dikatakan dalam “Adz dzail” : Dalam sanadnya ada rawi namanya Al Ashbagh : Tidak bisa dipercaya.
6. حديث : فى رجب يوم وليلة, من صام ذلك اليوم, وقام تلك الليلة. كان له من الأجر كمن صام مائة-إلخ.
Artinya : “Di
bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di
hari itu, dan mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang
berpuasa seratus tahun dan seterusnya.
Dikatakatan dalam “Adz dzail” : Di dalam sanadnya ada nama rawi Hayyaj, dia adalah rawi yang ditinggalkan.
Dan demikian disebutkan tentang : “Berpuasa satu hari atau dua hari di bulan itu.”
Disebutkan
juga dalam “Adz dzail : Sanad hadits ini penuh dengan kegelapan
sebahagian atas sebahagian lainnya, di dalam sanadnya ada perawi perawi
yang pendusta : Dan demikian diriwayatkan : “Bahwa Nabi Shollallahu
`alaihi wa Sallam berkhutbah pada hari jum`at sepekan sebelum bulan
Rajab. Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Hai
sekalian manusia! Sesungguhnya akan datang kepada kalian satu bulan yang
mulia. Rajab bulan adalah bulan Allah yang Mulian, dilipat gandakan
kebaikan di dalamnya, do`a do`a dikabulkan, kesusahan kesusahan akan di
hilangkan.” Ini adalah Hadist yang Munkar.
Dan dalam hadits yang lain : “Barang
siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, dan mendirikan satu malam dari
malam malamnya, maka Allah Tabaraka wa Ta`ala akan membangkitkannya
dalam keadaan aman nanti di hari Kiamat- dan seterusnya.”
Di dalam sanad hadits ini : Kadzaabun (para perawi pendusta).
Demikian juga hadits : “Barang
siapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab, dan berpuasa di
siang harinya: Allah akan memberikan makanan buatnya buah buahan dari
Sorga- dan seterusnya.”
Didalam sanadnya : Para perawi pembohong/pemalsu hadits.
Demikian juga hadits : “Rajab
bulan Allah yang Mulia, dimana Allah mengkhususkan bulan itu buat
diri-Nya. Maka barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan itu dengan
penuh keimanan dan mengharapkan Ridho Allah, dia akan dimasukan ke dalam
Jannah Allah Ta`ala- dan seterusnya.”
Didalam sanadnya : Para perawi yang ditinggalkan.
Demikian juga hadits : “Rajab
bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullahu Shollallahu `alaihi wa
Sallam, Ramadhan bulan ummat Saya.” Demikian juga hadits : “Keutamaan
bulan Rajab di atas bulan bulan lainnya ialah : seperti keutamaan Al
Quran atas seluruh perkataan perkataan lainnya- dan seterusnya.”
Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.
Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya : “Sesungguhnya
apa apa yang diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan
Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : “`Abdullah
Al Anshoriy tidak pernah puasa di bulan Rajab, dan dia melarangnya,
kemudian berkata : “Tidak ada yang shohih dari Nabi Muhammad Shollallahu
`alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab.” Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : “Tentang
amalan amalan yang dikerjakan pada bulan ini : Seperti mengeluarkan
Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya.” Ini tidak ada ashol
sama sekali.
Dan demikian juga, “Dimana
penduduk Makkah memperbanyak `Umrah di bulan ini tidak seperti bulan
lainnya.” Ini tidak ada asal sama sekali sepanjang pengetahuan saya. Dia
berkata : “Diantara yang diada-adakan oleh orang yang `awwam ialah :
“Berpuasa di awal kamis di bulan Rajab,” yang keseluruhannya ini adalah :
Bid`ah.
Dan diantara yang mereka ada adakan juga di bulan Rajab dan Sya`ban ialah : “Mereka memperbanyak ketaatan kepada Allah melebihi dari bulan bulan lainnya.”
Adapun yang diriwayatkan tentang : “Bahwa
Allah Ta`ala memerintahkan Nabi Nuh `Alaihi wa Sallam untuk membuat
kapalnya di bulan Rajab ini, serta diperintahkan kamu Mu`minin yang
bersama dia untuk berpuasa di bulan ini.” Ini Hadits Maudhu` (Palsu).
Diantara bid`ah-bid`ah yang menyebar di bulan ini adalah :
1. Sholat Ar Raghaaib.
Sholat Ar Raghaaib ini diamalkan di setiap awal Jum`at di bulan Rajab.
Ketahuilah
semoga Allah Tabaraka wa Ta`ala merahmatimu- bahwa mengagungkan hari
ini, malam ini sesungguhnya diadakan ke dalam Din Islam ini setelah abad
keempat Hijriyah. (Lihat literatur berikut ini tentang bid`ahnya sholat
Raghaib :
1.
“Iqtida` As Shiratul Mustaqim” : hal.283. Dan “Tulisan Ilmiyah diantara
dua orang Imam ; Al `Izz bin `Abdus Salam dan Ibnu As Sholah sekitar
Sholat Raghaaib.”
2. “Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist” : hal. 39 dan seterusnya.
3. “Al Madkhal” oleh Ibnu Al Haaj : 1/293.
4. “As Sunan wal Mubtadi`aat” : hal. 140.
5. “Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab” : hal. 47.
6. “Fataawa An Nawawiy” : hal. 26.
7. “Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah” : 2/2.
8. “Al Maudhuu`aat” : 2/124.
9. “Allaalaaiy Al mashnu`ah” : 2/57.
10. “Tanzihus Syari`ah” : 2/92.
11. “Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab” : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab.
12. “Safarus Sa`adah” : hal. 150.
Sepakat `Ulama tentang hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab adalah palsu,
sesungguhnya telah diterangkan oleh sekelompok Al Muhaditsin tentang
palsunya hadits sholat Ar Raghaaib diantara mereka ialah : Al Haafidz
Ibnu hajar, Adz Dzahabiy, Al `Iraaqiy, Ibnu Al Jauziy, Ibnu Taimiyah, An
Nawawiy dan As Sayuthiy dan selain dari mereka. Kandungan dari
hadits-hadits yang palsu itu ialraah mengenai keutamaan berpuasa pada
hari itu, mendirikan malamnya, dinamakan “shalat Ar Raghaaib,” para ahli
Tahqiiq dikalangan ahli ilmu telah melarang mengkhususkan hari tersebut
untuk berpuasa, atau mendirikan malamnya melaksanakan sholat dengan
cara yang bid`ah ini, demikian juga pengagungan hari tersebut dengan
cara membuat makanan makanan yang enak-enak, mengishtiharkan bentuk
bentuk yang indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan bahwa
hari ini lebih utama dari hari hari yang lainnya.
2. Sholat Ummu Daawud di pertengahan bulan Rajab.
Demikian juga hari terakhir dipertengahan bulan Rajab, dilaksanakan sholat yang dinamakan sholat “Ummu Daawud” ini juga tidak ada asholnya sama sekali. “Iqtidaus Shiraatul Mustaqim” : hal. 293.
Berkata Al Imam Al Hafidz Abu Al Khatthaab : “Adapun sholat
Ar Raghaaib, yang dituduh sebagai pemalsu hadits ini ialah : `Ali bin
`Abdullah bin jahdham, dia memalsukan hadits ini dengan menampilkan rawi
rawi yang tidak dikenal, tidak terdapat diseluruh kitab.” Pembahasan Abu Al Khatthaab ini terdapat dalam :
“Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist” : hal. 40.
Abul
Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy,
pengarang kitab : “Bahjatul Asraar fit Tashauf”. Berkata Abul Fadhal bin
Khairuun : Dia pendusta.
Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib.
Lihat
terjemahannya dalam : “Al `Ibir fi Khabar min Ghubar.” : (3/116), “Al
Mizan” : (3/142), “Al Lisaan” : (4/238), “Maraatul Jinaan” (3/28), “Al
Muntadzim” : (8/14), “Al `Aqduts Tsamiin” : (6/179).
Asal
daripada sholat ini sebagaimana diceritakan oleh : At Thurthuusyiy
dalam “kitabnya” : “Telah mengkhabarkan kepada saya Abu Muhammad Al
Maqdisiy, berkata Abu Syaamah dalam “Al Baa`its” : hal. 33 : “Saya
berkata : Abu Muhammad ini perkiraan saya adalah `Abdul `Aziz bin Ahmad
bin `Abdu `Umar bin Ibraahim Al Maqdisiy, telah meriwayatkan darinya
Makkiy bin `Abdus Salam Ar Rumailiy As Syahiid, disifatkan dia sebagai
As Syaikh yang dipercaya, Allahu A`lam.” Berkata dia: tidak pernah sama
sekali dikalangan kami di Baitul Maqdis ini diamalkan sholat Ar
Raghaaib, yaitu sholat yang dilaksanakan di bulan Rajab dan Sya`ban.
Inilah bid`ah yang pertama kali muncul di sisi kami pada tahun 448 H,
dimana ketika itu datang ke tempat kami di Baitil Maqdis seorang laki
laki dari Naabilis dikenal dengan nama Ibnu Abil Hamraa`, suaranya
sangat bagus sekali dalam membaca Al Quran, pada malam pertengahan
(malam keenam belas) di bulan Sya`ban dia mendirikan sholat di Al
Masjidil Aqsha dan sholat di belakangnya satu orang, lalu bergabung
dengan orang ketiga dan keempat, tidaklah dia menamatkan bacaan Al Quran
kecuali telah sholat bersamanya jama`ah yang banyak sekali, kemudian
pada tahun selanjutnya, banyak sekali manusia sholat bersamanya, setelah
itu menyebarlah di sekitar Al Masjidil Aqsha sholat tersebut, terus
menyebar dan masuk ke rumah rumah manusia lainnya, kemudian tetaplah
pada zaman itu diamalkan sholat tersebut yang seolah olah sudah menjadi
satu sunnah di kalangan masyarakat sampai pada hari kita ini. Dikatakan
kepada laki laki yang pertama kali mengada-adakan sholat itu setelah dia
meninggalkannya, sesungguhnya kami melihat kamu mendirikan sholat ini
dengan jama`ah. Dia menjawab dengan mudah : “Saya akan minta ampun
kepada Allah Ta`ala.”
Kemudian berkata Abu Syaamah : “Adapun
sholat Rajab, tidak muncul di sisi kami di Baitul Maqdis kecuali
setelah tahun 480 H, kami tidak pernah melihat dan mendengarnya sebelum
ini.” (Al Baa`itsu : hal. 32-33).
Fatwa Ibnu As Sholaah tentang sholat Ar Raghaaib, Malam Nishfu Sya`ban
3. Sholat Al Alfiah.
Sesungguhnya
As Syaikh Taqiyuddin Ibnu As Sholaah rahimahullah Ta`ala pernah
dimintai fatwa tentang hal ini, lalu beliau menjawab :
“Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang diriwayatkan tentangnya adalah palsu,
dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun 400 H, tidak ada
keutamaan malamnya dari malam malam yang lainnya. Lihat Hadist hadist
ini dalam kitab yang disebutkan di atas hal. 100-101, dan hal. 439-440.
Diterjemahkan
dari kitab Al Fawaaid Al Majmu`ah, Al Ahadiits Al Maudhu`ah, karya
Syaikhul Islam Muhammad Bin `Ali As Syaukaniy (Wafat : 1250 H)
(Dikutip dari website http://thullabul-ilmiy.or.id/modules/news/artikel.php?storyid=3, judul asli “Hadist-Hadist Palsu Mengenai Keutamaan Bulan Rajab.”, diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu Al Mundzir As Salafiy.)
Dikutip dari http://www.salafy.or.id, Penulis: Al Ustadz Abu Al Mundzir Dzul Akmal As Salafiy, Judul asli: Hadits Palsu Seputar Amalan Bulan Rajab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar