Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (yang artinya), “Dan
Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkannya” (An Nahl:44)
Al-Qur’an
menjelaskan syariat secara umum sedangkan As-Sunnah (hadits) merinci
dan menjabarkannya. Allah Subhanahu Wata’ala menjamin untuk menjaga
kemurnian agama dengan penjagaan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam
firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikir dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al Hijr:9)
Menurut
keterangan ulama, yang dimaksud dengan Adz-Dzikr adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Melalui para ulama dan Ahli Hadits yang terkenal
ketakwaannya, kuat hafalannya dan mencurahkan seluruh kehidupannya untuk
meneliti dan memilih hadits mana yang baik (shahih), lemah (tidak
diterima periwayatannya) dan palsu, Allah Subhanahu Wata’ala menjaga
keduanya sampai hari kiamat.
Adalah Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim,
dua orang ulama ahli hadits yang pertama kali menyusun kitab hadits
yang hanya berisikan hadits-hadits shahih sesuai dengan syaratnya.
Metode yang ditempuh dalam penyusunan kitab tersebut adalah dengan
memilih periwayat-periwayat yang harus memenuhi persyaratan hadits
shahih yaitu sanadnya bersambung sampai Rasulullah, dinukil dari
periwayat yang takwa, kuat hafalannya, tidak mudah lupa, tidak ganjil
(menyelisihi hadits shahih yang lebih kuat) dan tidak cacat.
Adapun
Al-Imam Al-Bukhari dalam penyusunan kitabnya menentukan persyaratan
lagi yang lebih ketat. Diantaranya periwayat-periwayat (rawi) haruslah
sejaman dan mendengar langsung dari rawi yang diambil hadits darinya.
Kelebihan kitab Shahih Al-Bukhari adalah terdapat pengambilan hukum
fiqih, perawinya lebih terpercaya dan memuat beberapa hikmah dimana
unsur-unsur ini tidak ada pada Shahih Muslim.
Jadi
secara umum kitab Shahih Al-Bukhari lebih shahih dibanding kitab Shahih
Muslim. Namun ada beberapa sanad dalam Shahih Muslim yang lebih kuat
daripada sanad Shahih Al-Bukhari. Kiranya cukuplah kesepakatan umat
(ulama) sesudah mereka akan keshahihan kedua kitab tersebut dan menilai
keduanya kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an sebagai keistimewaan
tersendiri. Kecuali golongan SYI’AH yang tidak
mengakui keberadaan keduanya. Meskipun demikian Shahih Al-Bukhari dan
Shahih Muslim tidaklah memuat semua hadits shahih sebagaimana yang
dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhari. Beliau hanya memasukkan sekian ribu
hadits karena khawatir kitabnya terlalu “besar” sehingga
membosankan pembaca. Demikian juga Al-Imam Muslim, beliau menegaskan
bahwa beliau hanya menyusun hadits-hadits yang disepakati keshahihannya.
Masih
banyak hadits shahih yang tidak masuk ke dalam kedua kitab tersebut.
Al-Imam Al-Bukhari mengatakan hadits-hadits shahih yang beliau
tinggalkan lebih banyak karena beliau menghafal 100.000 hadits shahih
dan 200.000 hadits lemah. Sementara kitab Shahih Al-Bukhari sendiri
memuat 4000 hadits shahih tanpa pengulangan dan 7275 hadits shahih
dengan pengulangan.
Sedangkan
kitab Shahih Muslim memuat 4000 hadits shahih tanpa pengulangan dan
12.000 hadits shahih dengan pengulangan. Lalu dimanakah kita bisa
melacak hadits-hadits shahih lainnya yang lolos dari saringan Al-Imam
Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim?
Kita
dapat melacaknya di kitab-kitab hadits yang terkenal seperti Shahih
Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban, Kitab-kitab sunan yang empat,
Mustadrak Al-Hakim, Sunan Al-Baihaqi, Sunan Ad-Daruquthni, dan lainnya.
Meskipun demikian, para ulama setelah mereka terus meneliti akan
keshahihan kitab-kitab ini terutama kitam Mustadrak Al-Hakim dan Sunan
At-Tirmidzi yang -menurut para Ulama- penulisnya kurang ketat dalam
menilai hadits (gampang menilai shahih sebuah hadits). Wallahu a’lam.
Sumber Bacaan: Al Manzhumah Al Baiquniyyah, Taisirul Musthalahil Hadits, Al Baitsul Hatsits, dll
Sumber:
Majalah AsySyariah Halaman 50 Vol I/No 02/Sya’ban 1424 H , Penulis:
Al-Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu Muslim Judul Asli: Shahih Bukhari Dan
Shahih Muslim Kitab Hadits Paling Shahih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar