Rukun
Islam yang paling utama setelah persaksian dengan dua kalimat syahadat
adalah mendirikan shalat. Bahkan shalat adalah amalan yang pertama kali
akan dihisab di hari kiamat nanti. Apabila baik shalatnya, niscaya akan
baik pula seluruh amalan yang lainnya akan tetapi sebaliknya apabila
shalatnya rusak/jelek, niscaya akan rusak pula amalan yang lainnya.
Untuk
itu sangatlah wajib bagi kita untuk memperhatikan permasalahan shalat,
di mulai dari rukun-rukunnya, syarat wajibnya, thaharahnya dan lainnya
yang berkaitannya dengan shalat.
Pentingnya Meluruskan Shaf & Ancaman Keras bagi yang Tidak Meluruskannya
Dan di antara hal yang berkaitan dengan shalat yang harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah permasalahan lurus dan rapatnya shaf (barisan dalam shalat).
Mengapa demikian? Karena ancamannya pun tidak sembarangan, yakni ancaman bagi yang tidak meluruskan shaf.
Dijelaskan di dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Benar-benar
kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah
akan memalingkan antar wajah-wajah kalian (menjadikan wajah-wajah
kalian berselisih).” (HR. Al-Bukhariy no.717 dan Muslim 436))
Dalam satu riwayat milik Al-Imam Muslim disebutkan,
“Bahwasanya
Rasulullah biasa meluruskan shaf-shaf kami seakan-akan beliau sedang
meluruskan anak panah sehingga apabila beliau melihat bahwasanya kami
telah memahami hal itu, yakni wajibnya meluruskan shaf (maka beliaupun
memulai shalatnya, pent). Kemudian pada suatu hari beliau keluar, lalu
berdiri sampai hampir-hampir beliau bertakbir untuk shalat, tiba-tiba
beliau melihat seseorang yang menonjol sedikit dadanya, maka beliaupun
bersabda, “Wahai hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan
shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka Allah sungguh akan memalingkan
antar wajah-wajah kalian.”
Lihatlah wahai saudaraku, kaum
muslimin, sabda beliau yang mulia, yang mana beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah Allah terangkan sifatnya kepada orang-orang beriman,
“Sesungguhnya
telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri,
berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan, kebaikan dan keselamatan) bagi kalian, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (At-Taubah:128)
Tidaklah beliau bersabda demikian kecuali karena menginginkan kebaikan bagi ummatnya, kaum muslimin.
Tidak
ada satu kebaikan pun yang akan mendekatkan ke jannah kecuali telah
beliau tunjukkan kepada ummatnya agar melakukannya dan tidak ada satu
kejelekan pun yang akan mengantarkan ke neraka kecuali telah beliau
larang ummatnya agar menjauhinya.
Di
dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
menekankan agar meluruskan shaf di dalam shalat dengan sabdanya, “Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak), maka sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian.”
“Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian” dalam kalimat ini terdapat tiga penekanan dan penguat yaitu: sumpah yang diperkirakan, lam taukid dan nun taukid.
Demikian
juga kalimat setelahnya, “atau sungguh Allah akan palingkan antar
wajah-wajah kalian”, mengandung tiga penekanan dan penguat: sumpah, lam
taukid dan nun tukid, yakni jika kalian tidak meluruskan shaf, maka
sungguh Allah subhanahu wa ta’ala akan memalingkan antar wajah-wajah
kalian.
Makna Berpaling/Berselisihnya Wajah
Para ulama berbeda pendapat tentang makna “berpalingnya atau berselisihnya wajah“.
Sebagian
mereka berpendapat, bahwasanya maknanya adalah sungguh Allah subhanahu
wa ta’ala akan memalingkan antar wajah-wajah mereka dengan memalingkan
sesuatu yang dapat dirasakan panca indera, yaitu dengan memutar leher,
sehingga wajahnya berada dibelakangnya, dan Allah subhanahu wa ta’ala
Maha Mampu atas segala sesuatu.
Dialah
Allah ‘Azza Wa Jalla yang telah menjadikan sebagian keturunan Nabi Adam
(yaitu Bani Israil) menjadi kera, di mana Allah subhanahu wa ta’ala
berkata kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina” (Al-Baqarah:65) maka jadilah mereka kera.
Maka
Allah subhanahu wa ta’ala mampu untuk memutar leher manusia sehingga
wajahnya berada di punggungnya, dan ini adalah siksaan yang dapat
dirasakan panca indera.
Adapun
ulama yang lain berpendapat, bahwa yang dimaksudkan perselisihan di
sini adalah perselisihan maknawiyyah, yakni berselisihnya hati, karena
hati itu mempunyai arah, maka apabila hati itu bersepakat terhadap satu
arah, satu pandangan, satu aqidah dan satu manhaj, maka akan didapatkan
kebaikan yang banyak. Akan tetapi sebaliknya apabila hati berselisih
maka ummat pun akan berpecah belah.
Sehingga
yang dimaksud perselisihan dalam hadits ini adalah perselisihan hati,
dan inilah tafsiran yang paling shahih/benar, karena terdapat dalam
sebagian lafazh hadits, “atau sungguh Allah akan palingkan antar
hati-hati kalian.”
Dengan
alasan inilah, maka yang dimaksud dengan sabda beliau, “atau sungguh
Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian”, yakni cara pandang
kalian, yang hal ini terjadi dengan berselisihnya hati.
Wajibnya Meluruskan Shaf
Bagaimanapun
juga, di dalam hadits ini terdapat dalil akan wajibnya meluruskan shaf,
dan bahwasanya wajib atas para makmum untuk meluruskan shaf-shaf
mereka, dan kalau mereka tidak meluruskan shafnya, maka sungguh mereka
telah mempersiapkan diri-diri mereka untuk mendapatkan siksaan dari
Allah subhanahu wa ta’ala, wal’iyaadzu billaah.
Pendapat
ini yaitu wajibnya meluruskan shaf adalah pendapat yang benar, sehingga
wajib atas imam-imam shalat agar memperhatikan shaf, apabila didapatkan
padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur, maka para
imam tersebut harus memperingatkan mereka agar meluruskan shafnya.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kadang-kadang berjalan di antara
shaf-shaf untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang
pertama sampai terakhirnya.
Ketika
manusia semakin banyak di masa khilafah ‘Umar Ibnul Khaththab, ‘Umar
pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah
dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah
datang dan mengatakan, “Shaf telah lurus” maka ‘Umar pun bertakbir untuk
memulai shalat.
Demikian
juga hal ini dilakukan oleh ‘Utsman bin ‘Affan, beliau menugaskan
seseorang untuk meluruskan shaf-shaf manusia, maka apabila orang
tersebut datang dan mengatakan, “Shaf telah lurus”, beliaupun bertakbir
untuk memulai shalat.
Semuanya
ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah meluruskan shaf.
Sebagian Kaum Muslimin Susah Diatur
Akan
tetapi, sungguh amat disesalkan, sekarang engkau akan dapati para
makmum tidak mempedulikan masalah meluruskan shaf, yang satu agak maju
ke depan, yang satu lagi agak mundur ke belakang, tidak peduli akan
lurusnya shaf.
Kadang-kadang
mereka lurus pada raka’at pertama, kemudian ketika sujud muncullah
kesenjangan, yang satu agak maju dan yang lain agak ke belakang, dan
mereka tidak meluruskan shaf pada raka’at kedua, bahkan mereka tetap
seperti itu tidak meluruskan shaf di raka’at kedua dan seterusnya, ini
adalah kesalahan.
Yang
lebih mengherankan dari semuanya itu adalah ketika ada seseorang yang
paham akan wajibnya meluruskan shaf, dia bertindak sebagai imam, maka
diapun melaksanakan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yaitu memeriksa para makmum dan memerintahkan mereka untuk meluruskan
shaf, maka engkau akan dapati sebagian makmum tersebut enggan, tidak mau
lurus dan rapat. Bahkan ada yang menonjol maju ke depan atau mundur ke
belakang, ataupun kaki-kaki mereka tidak rapat antara satu dengan
lainnya. Dalam keadaan mereka sudah mengetahui hadits di atas. Wallaahul
Musta’aan.
Semoga
Allah Tabaraka Wa Ta’ala menunjuki semua kaum muslimin agar menjadi
orang-orang yang taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam, di mana sifat orang-orang mukmin yang baik adalah
sami’naa wa atha’naa (kami mendengar dan kami taat), bukan sami’naa wa
‘ashainaa (kami mendengar dan kami melanggarnya).
Yang jelas wajib bagi imam maupun para makmum untuk meluruskan dan merapatkan shaf.
Bila Hanya Ada Imam & Seorang Makmum
Kalau ada yang bertanya, “Apabila di sana hanya ada imam dengan seorang makmum saja, apakah imam maju sedikit ke depan ataukah sejajar dengan makmum?“
Jawabannya adalah hendaklah imam sejajar dengan makmum,
imam berada di sebelah kiri sedangkan makmum di sebelah kanan imam,
karena apabila hanya ada imam dan seorang makmum saja, maka berarti shaf
cuma ada satu, yang tidak mungkin makmum sendirian di belakang imam,
bahkan yang benar adalah mereka berdua berada dalam satu shaf yaitu sang
imam sejajar dengan makmum. Dengan berada dalam satu shaf akan terjadi
kelurusan dalam shaf.
Dalilnya adalah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam, datanglah Ibnu ‘Abbas berdiri di sebelah kiri beliau, maka beliau pun menarik Ibnu ‘Abbas dan menjadikannya tepat di sebelah kanan beliau. (Muttafaqun ‘alaihi)
Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan oleh sebagian ulama, “Bahwasanya hendaklah imam maju sedikit ke depan”, karena pendapat ini tidak ada dalilnya, bahkan justru dalil menyelisihi pendapat ini, yaitu hendaklah antara imam dan makmum sejajar apabila mereka hanya berdua.
Jangan Ada yang Menonjol Dadanya!
Kemudian dalam riwayat yang lain disebutkan, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meluruskan shaf-shaf kami (para shahabat) seakan-akan meluruskan anak panah.” Maka jadilah shaf mereka benar-benar lurus dengan sempurna, sehingga tidak ada yang maju ataupun mundur walaupun sedikit.
Beliau
biasa meluruskan shaf seperti meluruskan anak panah, sehingga apabila
beliau melihat bahwasanya para shahabatnya telah memahaminya, yakni
mereka telah paham dan tahu bahwasanya shaf harus lurus, beliaupun
memulai shalatnya.
Kemudian
pada suatu hari beliau keluar untuk melaksanakan shalat, tiba-tiba
beliau melihat seseorang yang menonjol dadanya, maka beliaupun besabda, “Wahai
hamba-hamba Allah, benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau
(kalau tidak) maka sungguh Allah akan palingkan antar wajah-wajah kalian.”
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian”
sebabnya adalah semata-mata hanya karena beliau melihat seseorang
menonjol dadanya, yaitu dada orang tersebut menonjol sedikit.
Bagaimana
kalau beliau melihat shaf-shaf yang ada sekarang? Yang satu ke depan,
yang satu lagi ke belakang, shaf mereka bengkok, tidak lurus dan tidak
rapat? Bisa kita bayangkan apa yang akan diucapkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat keadaan seperti itu?
Imam Shalat Hendaklah Memeriksa Shaf
Hadits
ini menunjukkan kepada kita bahwasanya di antara petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau senantiasa memeriksa
shaf, meluruskan dan merapatkan shaf. Kalau masih ada yang belum lurus
atau belum rapat maka beliaupun meluruskannya bahkan mengancam
-sebagaimana kisah di atas- kepada orang yang maju sedikit dari shafnya
dengan ancaman ini, “Benar-benar kalian luruskan shaf-shaf kalian atau (kalau tidak) maka sungguh Allah akan memalingkan antar wajah-wajah kalian.”
Petunjuk ini harus diteladani oleh para imam shalat agar memeriksa, mengatur dan meluruskan shaf para makmum.
Kesimpulannya
adalah wajib atas kita untuk menerangkan masalah ini kepada imam-imam
masjid dan demikian juga kepada para makmum agar mereka memperhatikan
perkara yang sangat berbahaya ini sehingga mereka benar-benar meluruskan
dan merapatkan shafnya di dalam shalat.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu membimbing kita kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Wallaahu A’lam.
Disadur dari Syarh Riyaadhush Shaalihiin hal.453-454 cetakan Maktabah Ash-Shafaa dengan beberapa tambahan dan perubahan.
Dikutip
dari bulletin Al Wala’ wal Bara’, Edisi ke-25 Tahun ke-3 1426 H,
dinukildari salafy.or.id offlin Penulis : Abu Rasyid Ash-Shinkuaniy,
Judul: Seputar masalah sholat (Luruskan Shaf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar